Dengan Mendongeng, OHCC Upayakan Peningkatan Pengetahuan dan Kesadaran Tentang Perlindungan Satwa Liar Sejak Usia Dini

    Dengan Mendongeng, OHCC Upayakan Peningkatan Pengetahuan dan Kesadaran Tentang Perlindungan Satwa Liar Sejak Usia Dini

    TABANAN - Bertempat di SD Negeri 1 Kukuh Marga, Tabanan, team dari One Health Collaborating Center (OHCC) Universitas Udayana (UNUD) mendapat kesempatan untuk bekerja sama dengan International Alliance Against Health Risks in Wildlife Trade (yang diimplementasikan oleh The Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit) untuk menginisiasi program "The Application of One Health Approach to Raise Wildlife Protection Awareness in Indonesia" (OHAWE), sebuah program penerapan pendekatan One Health untuk meningkatkan kesadaran perlindungan satwa liar di Indonesia pada 09/12/2023.

    Melalui pendekatan kreatif dan budaya lokal, OHCC UNUD bekerjasama dengan penulis, illustrator, dan penerjemah, merilis buku cerita anak yang berjudul "Nyamprut Tidak Makan Roti" dan mementaskannya sebagai bentuk komunikasi risiko kepada anak-anak di lingkungan SD Negeri 1 Kukuh Marga, Tabanan.

    Buku cerita anak ini disajikan dalam tiga bahasa, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Bali, dan Bahasa Inggris, yang akan memberikan wawasan yang memadai kepada anak-anak di daerah tentang perdagangan satwa liar dan risikonya. 

    Harapannya anak-anak ini juga mampu melakukan lebih banyak perubahan setelah mereka memiliki rasa hormat dan sikap menghargai terhadap kelestarian satwa liar sejak dini.

    Kepala Sekolah SD Negeri 1 Kukuh Marga, Tabanan, I Nyoman Suradarma menyatakan, pihaknya menyambut baik dan sangat berterima kasih atas program dari OHCC ini yang akan menambah literasi dan pengetahuan siswa terhadap perdagangan satwa liar dan resiko yang akan ditimbulkannya.

    "Dengan metode mendongeng sejalan dengan program sekolah kami untuk lebih mudah mensosialisasikan informasi ini ke siswa, " demikian disampaikanya.

    Pada kesempatan ini, Ketua OHCC UNUD, Prof. Dr. dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, Sp, MK(K), menyampaikan, perdagangan satwa liar membawa berbagai risiko kesehatan serta kerusakan lingkungan. 

    Risiko penularan dari perdagangan satwa liar berupa pathogen, akan menimbulkan ancaman penyakit zoonosis, seperti; Rabies, Avian Influenza, Leptospirosis, Salmonellosis, dan Pox.

    Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara dengan berbagai keanekaragaman hayati yang menarik banyak perdagangan di pasar domestik dan internasional. 

    Menurut Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), Indonesia telah mengekspor sekitar 25.672 spesies satwa liar ke beberapa negara lain selama tahun 2016 sampai 2021.

    Pelaksanaan program ini juga turut melibatkan jejaring OHCC lainnya di bawah Indonesia One Health University Network (INDOHUN) untuk menjangkau cakupan program yang lebih luas dari barat hingga timur Indonesia. 

    Anak Agung Ayu Kirana Praweswari, sebagai Regional Coordinator OHCC Bali, menyampaikan, pelaksanaan program ini di beberapa daerah sebagai upaya peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai risiko dan ancaman perdagangan satwa liar dapat tersampaikan sejak usia dini dan secara masif.

    "Dengan sosialisasi kepada siswa-siswa ini, kita mengedukasi agar mereka bisa hidup berdampingan dengan satwa liar tanpa saling mengusik, " demikian harapannya.(*)

    Mariza

    Mariza

    Artikel Sebelumnya

    Targetkan Kenaikan Jumlah Mahasiswa Asing,...

    Artikel Berikutnya

    FK Unud Terima Studi Banding Dari FK Universitas...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hidayat Kampai: Nepo Baby, Privilege yang Jadi Tumpuan Kebijakan Publik?
    Pemerintah Indonesia Berhasil Menaikkan Pajak dan Menurunkan Subsidi, Menteri Keuangan Terbaiknya di Mana?
    Kapten Caj Triyono Serahkan Tugas dan Tanggung Jawab ke Dandim Klungkung

    Ikuti Kami